Bumi & Segala Isinya (PART 9)

… Cerita sebelumnya

“AAAA! Apa yang terjadi dengan ayunan iniii.” Jali pun shock. Entah apa yang terjadi dengan ayunannya tersebut Jali pun tidak tahu dan baru kali ini ayunan tersebut menjadi ayunan tergila bagi Jali.

“Seseorang, tolong Akuu!” Jali pun berteriak sekuat tenaga, akan tetapi mustahil akan ada orang yang menolong ke area rumah Jali yang luasnya mencapai 5,2 hektar.

Ayunan tersebut lama kelamaan semakin mengayun kencang, baju klub sepakbola Barcelona yang ia pakai malam ini sama sekali tidak menghangatkannya dan memperlihatkan otot-otot lengan Jali yang kian dewasa kian besar. Ya, Jali berotot seperti seorang petinju walau usianya masih seumur jagung. Bulu kuduk Jali pun semuanya terangkat, merinding. Karena ayunan itu kencang sekali sekencang Valentino Rossi di sirkuit dan Jali tidak dapat mengendalikan ayunan tersebut. Jali sangat ketakutan dan panik, ia pun memejamkan mata coklat terangnya dalam-dalam. Dalam hitungan detik, tiba-tiba ayunan itu berhenti. Ajaib!

Detak jantung Jali yang tadinya berdegup kencang kini berangsur menjadi degupan yang normal. Jali sontak membuka matanya dan ia kaget terheran-heran~, “lho, kok Aku tiba-tiba ada lantai 2?!”

Jali melihat ke sekelilingnya, ke kanan-ke kiri-ke depan-ke belakang, – mie satu-dua-tiga mie tiga-dua-satu – dan ada yang menyita perhatiannya saat ia melihat ke arah kirinya. Ya, saat pandangan Jali mengarah ke jendela Jali melihat sekilas ada gadis dengan sinar-sinar terang di luar sana, tepat di ayunannya!

Jali dengan sigap berlari turun ke bawah rumahnya dan menuju pada ayunan, “Siapa dia?” hati Jali bertanya-tanya. “Apa yang dia lakukan disini?”

Kini langkah kaki telah mengantarkan Jali menuju ayunannya itu, dengan bersembunyi di belakang tempat sampah walaupun bau ia tetap berada di sana karena tidak ada lagi tempat baginya untuk bersembunyi. “Kenapa dia berada di area rumahku, memakai jubah hitam, dan tangannya dapat menghasilkan sinar seperti yang kupunya? Apakah dia punya kekuatan yang sama denganku? Apakah dia penyihir jahat??!” Tanya lagi hatinya, semakin penasaran.

Tiba-tiba tikus hitam besar, gendut dan jelek muncul dari tempat sampah ke kepala Jali dengan membawa pizza yang Jali buang beberapa hari yang lalu dan tikus itu berhasil membuat Jali berteriak. “Aaaahh!!” Namun dengan sigap ia menutup mulutnya itu. Sementara gadis yang berdiri di dekat ayunan Jali itu berhenti melakukan aksinya dan ia menengok ke arah sumber suara Jali.

“Siapa di sana?” Teriak gadis itu. “Matahari belum terbit, tidak mungkin ada orang yang bangun dan Jali sepertinya masih terlelap di atas kasurnya.” Gadis itu tersenyum malu saat ia menyebut nama Jali. Lalu ia kembali mengeluarkan sinar dari tangannya. Dan, BAAMM!

“Hah!” jali yang masih berada di sana, ia sangat speechless. Bagaimana tidak, ia mendapati bahwa tali ayunannya yang hilang itu kembali seperti sediakala!

“Bagaimana mungkin??? Jadi dia yang memperbaiki tali ayunanku? Apa ini berarti Aku kembali ke masa lalu??” Jali, ia semakin bingung dan penasaran.

Gadis yang berdiri disana pun berteriak, “Yeay!! Berhasilll~ sekarang Jali bisa memakai kembali ayunannya. Dan sekarang saatnya Aku pulang. Hoam! Ngantuk.. bisa-bisa Aku tidur di kelas nih pas pelajaran pak botak.”Gadis itu pun meninggalkan ayunan Jali dan melewati tempat persembunyian Jali (dibaca : tempat sampah) dan Jali mendapati suatu tanda ditangan Gadis itu!

Tebak!

Ya! Itu adalah tanda yang sama yang Jali miliki. Mata Jali melotot seakan tidak percaya dan hatinya penasaran. Siapakah gadis yang memperbaiki ayunannya itu? Siapakah dia yang memiliki tanda yang sama dengannya?

Karena pendengaran Jali sangat berbeda dengan anak-anak pada umumnya, ia memiliki pendengaran yang sangat peka walau mendengar dari kejauhan. Sehingga Jali mampu mendengar sedikit apa yang gadis itu katakan. Inilah kata kunci yang ia dengar, ‘di kelas dan pelajaran pak botak’. Dan benar adanya bahwa di sekolah Jali diajar oleh guru yang sering dijuluki pak botak. Maka artinya, bahwa gadis itu adalah …..

Cerita selanjutnya…

2 Comments

Leave a comment